GEMA JUMAT, 22 MARET 2019
Oleh : Nurjannah, M.Si (Ketua Fatayat Banda Aceh)
‘Orang Islam itu ibarat satu tubuh yang satu sakit yang lain merasakannya’ begitu pepatah yang selalu kita dengarkan dan ucapkan.
Maka pada saat ada kasus bahwa ada saudara kita yang dibunuh secara brutal di pusat Kota Christchurch, Selandia Baru dalam Mesjid An Noor dan sekitarnya tepatnya pada Jumat 15 Maret 2019 lalu, tentunya begitu kaget dan sakit hati kita sebagai ummat Islam saudara kita diperlakukan seperti itu.
“Kita umat Islam satu, ketika satu terasa sakit maka semua umat Islam akan terasa sakit. Tidak ada satu agamapun yang rela jika agamanya jadi target teroris. Perbuatan penembakan di Selandia Baru sebagai tindakan yang zalim,” pekik Illiza Sa’aduddin Djamal di bundaran Simpang Lima Banda Aceh Sabtu, (16/3) lalu.
Allah telah memperingati hambaNya agar selalu menjaga persatuan sesama Islam, “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat,” (Q.S. Ali Imran: 105)
Jadi wajar kita selaku umat Islam agar saling menghargai, memperhatikan dan saling menjaga silaturrahmi sesuai ajaran Islam. Ketika kita mendengar ada saudara kita yang disakiti dari penghujung dunia sekalipun sudah sewajarnya kita selaku muslim saling peduli dan mengurangi beban saudara kita.
Islam tetap Islam, kita jangan pernah gentar membela Islam walau kita sedikit jumlahnya, jangan takut sama kafir laknatillah jika mereka mengganggu ibadah dan agama kita.
Islam agama yang benar tidak boleh kita melarikan diri dan mencari posisi aman jika ada saudara kita tersakiti. Bagaimanapun caranya kita harus bersatu, berani dan kuat demi membela agama Islam yang paling mulia diantara agama yang lain.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2162]
Kita hidup di penghujung zaman dimana fitnah dan perpecahan telah terjadi dimana-mana. Rasa persaudaraan dan persatuan menjadi sesuatu yang sangat mahal. Hanya karena mengejar kepentingan pribadi atau golongan seringkali persatuan dan persaudaraan dipertaruhkan.
Islam memerintahkan kita untuk bersatu dan saling tolong menolong. Disisi lain sebagian orang memahami persatuan dengan cara yang salah. Berdalih menjaga persatuan mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Berdalih menghidari perpecahan tetapi mereka tidak mau mengatakan yang haq dan mendiamkan sesuatu yang batil. Tentu hal ini tidak benar. Tidak mungkin akan tercapai persatuan dan pesaudaraan yang hakiki dengan cara yang salah.
Mari kita kembali pada ajaran yang sebenarnya merasa sakit jika saudara kita seiman disakiti. Merasa susah dan membantu jika ada saudara kita yang hidup dibawah garis kemiskinan. Merasa berdausa jika kita lupa mengerjakan perintah dan menjauhkan larangannya.
Marilah kita bersatu
untuk tegaknya Islam secara kaffah jangan saling menyalahkan dan membenarkan kesalahan
pribadi. Semoga kita selalu dapat menegakkan persatuan sebagai pondasi agama yang
kita banggakan.