GEMA JUMAT, 21 JULI 2017
Oleh Annisa Fadhillah (Mahasiswi STEI SEBI)
Hari kiamat merupakan hal ghaib, pengetahuan tentang hari kiamat merupakan rahasia Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad SAW dan malaikat pun tidak mengetahui secara pasti kapan datangnya hari kiamat. Meski tidak ada yang mengetahui terjadinya kiamat, namun kita telah meyakini bahwa hari kiamat sudah dekat. Dan kita sedang menanti kedatangan tanda-tanda kiamat besar.
Banyaknya fenomena alam sering dikaitkan dengan semakin dekatnya akhir zaman. Peristiwa gempa yang menelan ratusan korban jiwa, banjir bandang, peperangan besar, munculnya berbagai fitnah, riba merajalela, banyaknya pembunuhan, meluasnya perzinaan, dan gejala lainnya yang dikaitkan dengan semakin dekatnya zaman yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW. Bahkan diutus dan wafatnya Nabi menjadi tanda bahwa akhir zaman cepat atau lambat pasti akan terjadi.
Jika sudah sebegitu dekatnya dengan akhir zaman, apa yang harus kita lakukan? Apakah akan menunggu begitu saja datangnya hari kiamat? Atau mempersiapkan bekal untuk mempertanggungjawabkan kehidupan yang telah Allah berikan kepada kita?
Berikut ini hal-hal yang mudahmudahan dapat menjadi jalan keluar bagi kaum muslim dalam menghadapi fi tnah di akhir zaman.
Pertama, meneguhkan keimanan kepada hari akhir dan iman kepada takdir, dengan bersabar, bersyukur
dan tidak berkeluh kesah saat merasakan ujian hidup. Karena kesulitan yang dialami oleh mukmin yang taat akan menaikkan derajat disisi Allah dan mengurangi banyaknya dosa.
Kedua, selama masih mampu hidup secara berjamaah maka lebih baik hidup berjamaah menjadi sebuah pilihan, untuk saling memberi dan menerima manfaat sesama anggota masyarakat.
Sebagaimana hadist dari Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah bersabda “seorang mukmin yang bergaul dengan masyarakat dan mampu bersabar atas gangguan mereka lebih besar pahalanya (dalam riwayat lain: lebih baik) daripada seorang mukmin yang tidak mau bergaul dengan masyarakat dan tidak mampu bersabar atas gangguan mereka.” (HR. Tirmidzi no. 2507, Ibnu Majah no. 4032 dan Ahmad no. 5022. Hadist Shahih)
Ketiga, apabila ada perpecahan antar umat muslim sedang kita tidak mengetahui pihak mana yang berada
di atas kebenaran dan pihak mana yang berada dalam kebatilan, hendaknya untuk mengucilkan diri agar terhindar dari fi tnah tersebut.
Kita tidak selayaknya melibatkan diri dalam perselisihan tersebut. Dari Abu Bakrah ia berkata:Rasulullah bersabda, “Kelak sungguh akan terjadi sebuah fi tnah, pada saat itu orang yang berbaring adalah lebih baik dari orang yang duduk, orang yang duduk adalah lebih baik dari orang yang berdiri, orang yang berdiri adalah lebih baik dari orang yang berjalan, dan orang yang berjalan adalah lebih baik dari orang yang berlari.
Abu Bakrah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang Anda perintahkan kepadaku (jikalau aku mendapati masa tersebut)?”
Beliau menjawab, “Barangsiapa mempunyai unta, hendaklah ia mengikuti (sibuk mengurusi) untanya. Barangsiapa mempunyai kambing, hendaklah ia mengikuti (sibuk mengurusi) kambingnya. Barangsiapa mempunyai tanah pertanian, hendaklah ia mengikuti (sibuk mengurusi) tanah pertaniannya.”
Abu Bakrah bertanya, “Bagaimana dengan orang yang tidak mempunyai satu pun dari hal itu?”
Beliau menjawab, “Hendaklah ia mengambil pedangnya, memukulkan bagian yang tajam ke sebongkah batu keras, dan mencari selamat sebisa mungkin.” (HR. Muslim no. 2887, Abu Dawud no. 4256 dan Ahmad no. 20490)
Keempat, pilihan untuk uzlah (mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat dengan tujuan mencurahkan waktu untuk beribadah kepada Allah semata) hendaknya dilakukan ketika masyarakat benar-benar mengalami kerusakan akidah, akhlak dan sosial yang parah. Maka uzlah menjadi pilihan terakhir. Namun pada yang sama, jika masih ada sekelompok umat Islam yang teguh memegang, mengamalkan, mendakwahkan dan memperjuangkan kebenaran, sikap yang tepat adalah bergabung dalam kelompok tersebut, saling tolong menolong dalam kebaikan dan kebenaran, serta memerangi kejahatan dan permusuhan.
Masa-masa sebelum, dan sesudah munculnya Imam Mahdi dan Nabi Isa akan diwarnai dengan perjuanganpejuangan bersenjata yang hebat dalam rangka menegakan dan mempertahankan khilafah Islamiyah, memerangi Dajjal dan balatentaranya, serta menundukkan seluruh penjuru dunia ke dalam pangkuan syariat Islam.
Menjadi bagian dalam menegakkan khilafah Islamiyah menjadi suatu kehormatan dan kemuliaan tersendiri. Adapun uzlah dilakukan jika ia tidak mampu berdakwah dan beramar ma’ruf nahi munkar di jalan Allah.
Allah Ta’ala berfi rman: Dan katakanlah “Bekerjalah kalian, niscaya Allah akan melihat pekerjaan kalian, demikian juga rasul-Nya dan orangorang yang beriman.” (At-Taubah : 105)
Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia pada masa terjadinya kekacauan adalah seorang laki-laki yang memegang tali kendali kudanya di belakang musuh Allah. Ia membuat mereka gentar dan mereka juga membuatnya gentar.
Atau seorang laki-laki yang mengasingkan diri di daerah pedalaman, dengan menunaikan hak Allah atas dirinya.” (HR. Al-Hakim no. 8380. Dinyatakan shahih oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi dan Albani)
Kelompok elit dalam setiap umat islam berada dalam setiap generasi. Generasi terakhir yang berada dalam kelompok elit tersebut merupakan generasi umat Islam di zaman Imam Mahdi dan Nabi Isa, yang akan berjuang menghapuskan fi tnah Dajjal dan para pembelanya.
Kita berharap kepada Allah agar kita termasuk yang diselamatkan dari dahsyatnya fi tnah yang akan melanda umat manusia di akhir zaman. Sebab, di tengah zaman yang hampir seluruh negaranya sedang menuju kehancuran, kita hanya bisa berharap kepada Allah keselamatan dan kesentosaan yang merupakan karunia terbaik yang Allah berikan.