Gema JUMAT, 13 Mei 2016
Khutbah DR. Bukhari Daud, M.Ed, Mantan Bupati Aceh Besar
Shalat merupakan agenda yang maha penting dalam kehidupan umat Islam. Tidak ada kegiatan lain yang lebih penting dibandingkan shalat. Sehingga bila waktu shalat tiba, umat Islam harus meninggalkan segala kegiatan lain untuk melaksanakan shalat. Jangan sampai terjadi seseorang meninggalkan shalatnya untuk melakukan urusan-urusan lain. Komitmen seorang hamba terhadap agamanya sangat ditentukan oleh kenyataan apakah dia shalat atau tidak. Rasulullah SAW bersabda: “Shalat adalah tiang agama.” Barangsiapa mendirikan shalat berarti dia menegakkan agama. Barangsiapa meninggalkan shalat, berarti dia meruntuhkan agama. Apakah kita mau dicap sebagai orang yang merusak agama Allah? Tentu saja tidak.
Setiap individu umat Islam diwajibkan berdiri dihadapan Rabbnya lima kali dalam sehari semalam dengan penuh rasa tunduk dan patuh, takut akan keagungan dan kemuliaan sang Pencipta. Seorang hamba yang melaksanakan shalat lima waktu dengan ikhlas karena keimanannya kepada Allah, maka Allah hapus segala dosanya sebagaimana rontoknya dedaunan dari pohon. Sabda Rasulullah SAW: “Perumpamaan shalat lima waktu bagaikan sungai lebar yang mengalir di depan pintu rumah seseorang, lalu ia mandi didalamnya lima kali dalam sehari. Dengan demikian apakah masih ada kotoran yang tersisa di badannya.”
Sebagai agenda penting shalat harus dilaksanakan dengan cara yang sempurna yakni dengan mewujudkan ruh dan hakikatnya, sehingga khusyuk dalam pelaksanaannya. Kita mesti melaksanakan shalat dengan tata cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda beliau: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.” Untuk itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk mempelajari dan mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah SAW untuk mengetahui bagaimana sebenarnya nabi telah melaksanakan shalat. Oleh karenanya, umat Islam tidak boleh berhenti belajar demi kesempurnaan shalat. Sebab boleh jadi ada kekeliruan dalam cara pelaksanaan shalat kita yang sudah kita praktekkan sehari-hari.
Shalat mesti dilaksanakan karena Allah, hanya karena mengharap ridha-Nya. Shalat merupakan wujud keimanan kita kepada Allah, bukan untuk ditunjukkan kepada orang lain. Barangsiapa yang mendirikan shalat untuk tujuan-tujuan selain Allah, umpamanya untuk mendapat pengakuan dan penghargaan manusia, maka jadilah dia orang munafik, kelak Allah campakkan dia ke neraka yang paling bawah.
Panggilan Tuhan
Kumandang azan adalah panggilan Tuhan dan tentunya bagi seorang hamba tiada panggilan yang lebih penting selain dari panggilan Tuhan. Azan adalah panggilan untuk shalat, untuk mengingat Allah SWT. Demi pelaksanaan shalat dia harus meninggalkan segala kesibukan dan kepentingan dunia, dia harus singkirkan segala bentuk hawa nafsu dan kesenangan demi penghambaan diri kepada zat yang layak disembah. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mendengar seruan azan untuk shalat, tetapi tidak memenuhi seruan itu dan tidak datang ke masjid (atau melaksanakan shalat sendirian), maka tidak ada shalat baginya. Ia dipandang telah mendurhakai Allah dan Rasulnya.”
Ada fenomena yang kita saksikan dalam masyarakat kita, bahwa masih banyak umat Islam yang tidak melaksanakan shalat, atau begitu mudah meninggalkan shalat. Apakah mungkin mereka tidak mengetahui hukum shalat (bahwa shalat itu hukumnya wajib untuk setiap individu umat Islam)? Mungkinkah mereka sengaja menunjukkan perlawanannya kepada Allah SWT, seolah-olah mereka mengatakan tidak takut dengan azab-azab Allah atau mungkinkah mereka tidak mengharap rahmat Allah di hari kemudian?
Shalat adalah pembeda antara iman dan kufur, ukurannya sangat jelas, bila seseorang konsisten melakukan shalat, berarti dia memiliki iman. Namun, jika dia tinggalkan shalat, maka kufurlah dia. Apalagi, kalau seseorang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka jadilah ia kafir secara nyata. Mengingat pentingnya shalat, maka setiap individu umat Islam hendaklah menjadikan shalat sebagai urusan yang prioritas. Kewajiban orang tua adalah mengajarkan dan melatih anak-anaknya untuk melaksanakan shalat. Sejak usia dini, anak-anak harus dibiasakan dengan gerakan-gerakan dan ucapan-ucapan shalat yang benar. Kelalaian orangtua akan berakibat fatal. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan shalat seseorang tidak terlepas dari bagaimana pendidikan dan latihan yang dia peroleh di masa kecil. Jika orangtua tidak memberikan prioritas terhadap masalah ini kita khawatir akan lahirlah generasi penerus kita yang tidak melaksanakan shalat dan hanya mengikuti hawa nafsu mereka belaka.
Sebagai orang tua, ada beberapa perkara yang harus kita berikan perhatian penuh dalam urusan pelaksanaan shalat. Pertama, kita mesti memantau bagaimana anak-anak kita melaksanakan shalat. Ingatkan mereka untuk selalu shalat di awal waktu. Jangan biarkan anak-anak kita untuk membangun kebiasaan jelek yakni menunda-nunda waktu shalat hingga ke akhir waktu. Kedua, ajaklah anak-anak kita, (khususnya anak laki-laki) untuk selalu shalat berjamaah di rumah-rumah Allah. Jangan biarkan mereka shalat sendiri-sendiri. Ketiga, awasilah mereka dari kebiasaan buruk yakni melaksanakan shalat dengan cepat-cepat dan terburu-buru, sehingga banyak gerakan dan bacaan menjadi tidak sempurna. Keempat, kontrollah anak-anak kita supaya mereka tidak bermain-main ketika shalat. Wallahuaa’lam.