Gema Jum’at, 29 April 2016
Oleh Dr. Murni, M.Pd (Dosen Fakultas Tabiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Usia 40 tahun adalah usia penting bagi setiap manusia. Usia 40 tahun dipandang sebagai gerbang pencerahan jiwa, kematangan iman dan aqal, konsistensi dalam beribadah dan meneguhkan tujuan hidup. Usia 40 tahun juga meningkatnya daya spritualisme, bijaksana, memperbanyak bersyukur, menjadikan uban sebagai peringatan, menjaga makan dan tidur dan menjadikannya cahaya menuju kehidupan yang lebih mulia.
Begitu pentingnya usia 40, Allah Swt menjelaskan dalam firman-Nya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS Al-Ahqaf: 15)
Do’a dalam ayat di atas, dianjurkan dibaca siapa saja yang telah mencapai usia 40 tahun dan mengandung uraian berbagai gejala seseorang berusia 40 tahun, yakni kecenderungan diri beramal positif, rumah tangga yang harmonis, bertaubat, kembali kepada Sang Pencipta dalam kebaikandan ketegasan diri sebagai pemeluk agama Islam yang baik.
Beberapa ahli tafsir menjelaskan, ayat tersebut berisikan nasihat kepada manusia untuk selalu bersyukur, mengingat dan mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya, sekaligus memohon petunjuk supaya dapat melakukan amal kebaikan (agama) kepada keluarganya, ketika manusia tersebut telah mencapai usia 40 tahun.
Dalam ilmu psikologi, usia 40 tahun sering disebut masa dewasa madya. Orang-orang yang berada pada usia ini lebih populer disebut setengah baya, dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Apabila masa remaja merupakan masa peralihan dalam arti bukan lagi masa kanak-kanak namun belum bisa disebut dewasa, maka pada setengah baya, tidak dapat lagi disebut muda, namun juga belum bisa dikatakan tua.
Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan individu setengah baya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Selain itu, perilaku dan perasaan yang menyertai terjadinya perubahan-perubahan tersebut adalah sama, yaitu salah tingkah/canggung, bingung dan kadang-kadang over acting.
Nuansa kejiwaan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama “religious and spiritualism” setelah pada masa sebelumnya minat terhadap agama itu boleh jadi kecil sebagaimana diungkapkan oleh banyak pakar psikologi sebagai “least religious period of life.”
Oleh karena itu, dengan berbagai keistimewaannya, maka patutlah jika pada usia 40 tahun dijelaskan tersendiri di dalam Al-Qur’an. Oleh karenanya, tidaklah heran jika para Nabi diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun. Seperti Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi Rasul tepat pada usia 40 tahun, begitu juga dengan nabi-nabi lain, mereka semua diangkat menjadi Rasul ketika usia mereka genap 40 tahun. Kecuali Nabi Isa as dan Nabi Yahya as.
Usia 40 tahun merupakan saat harus waspada. Seseorang yang berusia 40 tahun ibarat waktu sudah masuk Ashar (senja), sebentar lagi masuk Maghrib. Sahabat Qatadah, tokoh generasi tabi’in, berkata, “Apabila seseorang telah mencapai usia 40 tahun, maka hendaklah ia mengambil kehati-hatian dari Allah Swt.” Nasihat Qatadah memberikan penjelasan, bahwa manusia harus mulai bersikap waspada, hati-hati, dan mawas diri dalam aktivitas pengabdiannya kepada Allah.
Apabila usianya telah mencapai 40 tahun, ia ditekankan untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan amal kebajikan yang telah dibiasakannya pada usia-usia sebelumnya. Atas dasar ini, penduduk Madinah dahulu yang didominasi oleh para sahabat Nabi Muhammad Saw, ketika usia mereka telah mencapi 40 tahun, mereka konsentrasi beribadah. Mereka mulai memprioritaskan hari-harinya untuk aktivitas ibadah dalam rangka memfasilitasi diri dengan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan setelah mati.