Gema Baiturahman – Kota Subulussalam merupakan daerah perbatasan Aceh dengan Sumatera Utara pada kawasan Barat Selatan (Barsela).
Subulussalam didiami oleh berbagai suku, dari Aceh, Melayu, Pakpak, Jawa dan sebagainya, menjadi tempat persinggahan bagi pelancong dari kawasan Meulaboh dan daerah sekitarnya yang memiliki tujuan ke Medan Sumatera Utara.
Subulussalam terkenal dengan penghasil sawit, berbagai macam kerajinan yang berasal dari sawit, dengan mudah ditemukan di Kota Sada Kata ini.
Selain terkenal dengan sawit, Subulussalam juga memiliki ikon spritual, yakni Masjid Agung Subulussalam.
Masjid Agung Subulussalam, diresmikan pada masa itu oleh Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Selasa (5/3/2019).
Sebagai informasi, Masjid Agung Subulussalam mulai dibangun pada tahun 2010, dengan lima kubah keemasan dan saat ini menjadi landmark Subulussalam.
Terletak di Desa Lae Oram, Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, masjid menampung jamaah sekitar 3.500 jamaah.
Masjid yang bernuasa Timur Tengah ini, menghabiskan biaya Rp 60 miliar untuk pembangunan.
Masjid Agung Subulussalam, menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk singgah, baik beristirahat maupun menunaikan ibadah shalat wajib maupun sunnah.
Sebagaimana diketahui, setiap kabupaten/kota di Aceh, memiliki masjid kebanggaan masing-masing, Aceh Selatan memiliki Masjid Agung Istiqamah Tapaktuan, Aceh Barat Daya memiliki Masjid Agung Baitul Ghafur dan kawasan-kawasan lain juga memiliki masjid agung kebanggaan daerah.
Sebagai informasi, kisah Kota Subulussalam bermula sejak periode penamaan tatkala pemberian nama “Subulussalam” pada tanggal 14 September 1962.
Nama Subulussalam diberikan oleh ulama kharismatik yang sekaligus Gubernur Aceh pada waktu itu yaitu Alm. Prof. Ali Hasyimi pada saat berkunjung ke daerah Subulussalam.
Nama subulussalam diambil dari bahasa arab yang berarti jalan menuju kedamaian/kesejahteraan. Pada waktu itu Subulussalam menjadi Ibukota Kecamatan Simpang Kiri yang tergabung dengan Daerah Tingkat II Kabupaten Aceh Selatan.
Pemberian nama Subulussalam mengandung makna ibadah, yang tujuan pemberian nama itu dicita-citakan bahwasanya Subulussalam akan menjadi Kota Ibadah.
Pemberian nama seperti Subulussalam ini juga dilakukan oleh Gubernur Aceh Alm. Prof. Ali Hasyimi pada daerah-daerah perbatasan lainnya di Daerah Istimewa Aceh pada waktu itu yaitu Babussalam di Kabupaten Aceh Tenggara, Nurrussalam di Kabupaten Aceh Timur (Sekarang Aceh Tamiang). (Syamsul Azman)