Tsunami satu fenomena besar di Aceh yang seluruh dunia mengetahuinya. Aceh terkenal di Internasional juga salah satu sebab dari tsunami. Terkait kejadian tsunami menurut Koordinator Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala/ Koordinator Klaster Pendidikan Bencana Tsunami and Disaster Mitigation Research Centre (TDMRC) Dr Rina Suryani Oktari.
Menurutnya Letak geografis Aceh berada di zona subduksi lempeng tektonik, khususnya sepanjang pantai barat Aceh, yaitu lempeng indo-australia yang bertemu dengan lempeng eurasia di bawah laut andaman. Kondisi inilah yang menyebabkan Aceh rawan tsunami.
“Saat terjadi pergeseran lempeng tektonik ini maka akan menghasilkan energi besar yang memicu terjadinya gempa bumi yang sangat kuat di dasar laut. Saat gempa inilah yang menyebabkan terjadinya pergerakan besar pada air laut dan menghasilkan gelombang tsunami,” jelas Rina Suryani Oktari.
Rina menjelaskan Tsunami dapat terjadi karena ada perubahan tiba-tiba di dasar laut yang menyebabkan pergeseran besar pada massa air laut. Tapi tidak semua tsunami harus didahului oleh gempa. Banyak faktor lain penyebab pergeseran massa air laut, salah satunya letusan gunung berapi.
“Tidak semua tsunami harus didahului dengan gempa besar, surutnya air laut, tsunami 2004 DI di Aceh didahului oleh gempa besar dan air laut surut itu benar, tapi bukan itu patokannya. Tsunami mentawai 2010 lalu tidak didahului oleh gempa kemudian Tsunami Palu 2018 tidak didahului air laut surut,” tambah Rina.
Menurutnya, sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu meramalkan kapan prediksi tepatnya gempa dan tsunami. Aceh termasuk daerah rawan dengan aktivitas seismik dan telah mengalami tsunami 2004, maka penting sekali untuk senantiasa melakukan upaya mitigasi dan kesiap siagaaan dalam menghadapi gempa dan tsunami agar dapat mengurangi atau bahkan menihilkan jumlah korban dan kerugian yang diakibatkan oleh bencana gempa dan tsunami.
Gempa bumi dan tsunami merupakan fenomena alam, yang akan berpotensi menjadi bencana jika kita tidak siap menghadapinya. Bencana terjadi karena interaksi yang kompleks antara fenomena alam (bahaya) yang bertemu dengan elemen kerentanan bagi manusia.
“Ketika terjadi gempa yang membunuh itu bukan gempanya, melainkan gedung-gedung yang tidak tahan gempa yang menimpa dan menyebabkan banyak korban meninggal. Oleh karena itu, kita tidak boleh lagi hanya sekedar menunggu hingga bencana terjadi kemudian baru meresponnya,” jelasnya lagi.
Begitu berbahayanya tsunami dan meninggalkan jejak-jejaknya yang menjadi tempat-tempat yang penuh sejaran menjadi daya tarik wisatawan ke Aceh, terutama gedung tsunami yang menyimpan peninggalan-peninggalan tsunami menjadi tempat yang penuh sejarah terhadap generasi yang akan datang.
“Museum Tsunami merupakan UPTD pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan standar grade A yang terdiri dari 1 kepala UPTD dan 3 kasi. Museum Tsunami menampilkan seluruh peninggalan Tsunami mulai dari koleksi benda maupun visual yang didirikan pada tahun 2009 dengan bangunan yang sangat kokoh sebagai tempat evakuasi apabila terjadi bencana,” sebut Kepala UPTD Museum Tsunami, M Syahputra Azwar S STP M Ec Dev.
Menurut Azwar ada beberapa ruangan yang sangat icon di dalam museum tsunami ini yaitu ruangan sumur doa, memorium hall, jembatan perdamaian serta lorong renungan yang membuat pengunjung merasakan betapa gelapnya dan dahsyatnya bencana yang melanda aceh 26 desember 2004 silam.
Wisatawan sangat tertarik dengan bangunan museum tsunami, bentuknya yang unik serta desain yang melambangkan kekuatan masyarakat Aceh serta edukasi didapat dari kejadian tsunami silam seperti pada jembatan perdamaian yang menampilkan bendera-bendera negara yang mendukung akan pembangunan serta perdamaian di Aceh.
Pelayanan untuk pengunjung terutama mancanegara pihak museum menyiapkan pemandu baik berbahasa asing maupun bahasa Indonesia serta dilengkapi dengan petunjuk atau penjelasan di masing-masing koleksi. Ada yang harus dibenahi di museum yaitu pola perparkiran yang mana lokasi parkir sangat terbatas sehingga sering membuat kemacetan dan pola lalu lintas yang harus diperbaiki.
“Mari kunjungi museum tsunami agar dapat melihat betapa dahsyatnya bencana yang melanda Aceh serta mengajak seluruh masyarakat untuk tanggap akan bencana agar wisatawan mendapatkan edukasi terkait kebencanaan,” pungkasnya. (Jannah)